Jumat, 28 November 2014

KALIMAT EFEKTIF

Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.


Contoh kalimat efektif pada artikel:

Kecerdasan Emosional Dalam Belajar

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini,merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti membentuk kelompok belajar atau mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional.Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkanindividu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuan dirinya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial: yakni pada diri sendiri dan mempunyai minat; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal; mampu menunggu, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut, tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti ketidakmampuan belajar). (Goleman, 2002: 273)
Penelitian Walter Mischel (1960) mengenai “marsmallow challenge” di Universitas Stanford menunjukkan anak yang ketika berumur empat tahun mampu menunda dorongan hatinya, setelah lulus sekolah menengah atas, secara akademis lebih kompeten, lebih mampu menyusun gagasan secara nalar, serta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi. Mereka memiliki skor yang secara signifikan lebih tinggi pada tes SAT dibanding dengan anak yang tidak mampu menunda dorongan hatinya (Goleman, 2002: 81). Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 1998: xvii)
Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan ketrampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses di sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman (Gottman, 1998: 250)
Siswa bukanlah benda mati yang hanya bergerak bila ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan mahluk yang mempunyai daya-daya dalam dirinya untuk bergerak yaitu motivasi. Dengan adanya motivasi, manusia kemudian terdorong untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku, yang termasuk di dalamnya adalah keinginan untuk berprestasi tinggi di dalam belajar. (Irwanto, 1997: 184)
Arden N. Fardesen mengatakan bahwa hal yang mendorong seorang untuk belajar adalah:
a.       Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amat luas.
b.      Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
c.       Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.
d.      Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha yang baru, baik       dengan koprasi maupun dengan kompetisi.
e.       Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
f.       Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar. (Suryabrata, 1998: 253)
Keenam poin tersebut adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa. Bila seorang siswa mampu mengaturnya dengan baik, hal tersebut menunjukan kecerdasan emosional yang baik dan akan memberikan sumbangan yang besar terhadap prestasi baiknya dalam belajar. Tapi kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami kesulitan dalam belajar.
Melihat uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di sekolah. Siswa dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam pelajaran, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Sebaliknya, siswa yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada pelajaran ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih, sehingga bagaimana siswa diharapkan berprestasi kalau mereka masih kesulitan mengatur emosi mereka.

ANALISIS  MENURUT SAYA
1.      …merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kosakata kegagalan dan ketidakberhasilan dapat dipilih salah satu saja karena maknanya sama.
Koreksi :
…merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.

2.      …namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kosakata kecerdasan atau kecakapan dapat dipilih salah satu karena maknanya sama.
Koreksi :
…namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional.

3.      Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak sepadan dengan kalimat sebelumnya, selain itu penggunaan kata karena setelah tanda titik juga tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

4.      Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kata dan berlebihan sehingga kalimat sulit dimengerti. Selain itu, penggunaan katamereka sendiri juga tidak efektif

Koreksi untuk kalimat 3 dan 4:
Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka dengan baik serta mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan.

5.      …dan memiliki pikiran yang jernih.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak sepadan dengan kalimat sebelumnya. Sehingga menurut saya, kalimat ini lebih baik dihilangkan saja.

6.      Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya.
Kalimat berikut tidak efektif karena penggunaan kosakata keterampilan bukan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Keterampilanharusnya ditulis ketrampilan. Penggunaan kata besar pengaruhnya pun kurang tepatdalam hal ini.
Koreksi:
Ketrampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut memiliki pengaruh yang besar.

7.      Tapi kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami kesulitan dalam belajar.
Kalimat berikut kurang efektif dalam hal pemilihan kosakatanya karena biasanya kata tapi tidak digunakan setelah tanda titik. Bila ingin digunakan setelah tanda titik maka ditambahkan menjadi Akan tetapi.
Koreksi :
Akan tetapi, kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami kesulitan dalam belajar.

8.      …kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di sekolah.
Kalimat berikut kurang efektif dalam hal penggunaan kosakata yang seharusnya. Terlalu banyak menggunakan kata penghubung yang sehingga alangkah lebih baik kosakata tersebut dihilangkan dan makna pun tidak akan berubah.
Koreksi :
…kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di sekolah.



sumber: http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-pengertian-ciri-dan.html
             http://nadhirin.blogspot.com/2009/07/kecerdasan-emosional-dalam-belajar.html

DIKSI

Pengertian Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan.
Menurut Hermandra, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Jadi dapat disimpulkan diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan maksud tertentu yang disampaikan dengan gaya yang selaras agar mudah dipahami. Diksi bukan sekedar memilih kata yang tepat, namun harus sesuai dengan nilai yang diakui oleh masyarakat.


Syarat-Syarat Ketetapan dan Kesesuaian Diksi
Ketetapan Diksi adalah sebuah kemampuan sebuah kata untuk menimbukan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memlih-milih katanya untuk mencapai maksud dari kata tersebut. Berikut syarat-syarat ketetapan diksi :

a. Mampu membedakan secara cermat makna denotasi dan konotasi
Denotatif adalah makna yang sebenarnya dari sebuah kata. Contoh: Dia sedang makan nasi uduk. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna memasukan makanan dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contoh : Dia makan waktu banyak untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Kata “makan” dalam kalimat ini bermakna menghabiskan waktu.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh : muka, paras, wajah yang bermakna bagian depan kepala, dr dahi atas sampai ke dagu dan antara telinga yg satu dan telinga yg lain.

c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam cara mengeja
Kelompok kata yang memiliki kesamaan bunyi dalam ejaan, namun memiliki tulisan yang berbeda disebut homofon. Contohnya kata “massa” yang bermakna jumlah yang banyak, sedangkan kata “masa” bermakna waktu.
Kelompok kata yang memiliki kesamaan huruf namun berbeda bunyi ejaan disebut homograf. Contohnya kata “apel” bisa bermakna wajib hadir dl suatu upacara resmi atau salah satu jenis buah.

d. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
Kata-kata yang diciptakan sendiri ada 2 macam, yaitu jargon dan slang. Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Contohnya “sikon” yang bermakna situasi dan kondisi. Sedangkan slang merupakan kata-kata yang tidak baku yang dibentuk sebagai keinginan untuk tampil berbeda, dan jika kata tersebut telah usang maka akan diganti dengan kata yang lain. Contoh kata “keles” yang berasal dari kata “kali” yang bermakna sebagai perbandingan suatu peristiwa.

e. Mampu memahami kata abstrak dan konkret
Kata konkret adalah kata yang mudah dimengerti oleh panca indra. Contoh : kursi, meja, mobil. Sedangkan kata abstrak merupakan kata yang tidak dapat dimengerti oleh panca indra. Contoh : mimpi, khayalan, cinta.

f. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata yang memiliki cakupan makna yang luas (hipernim). Sedangkan kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih terbatas (hiponim). Contoh kata umum yaitu “melihat”, sedangkan kata khususnya dapat berupa kata “menyaksikan”, “memeriksa”, “melirik”.

Kesesuaian Diksi adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Dibutuhkan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, dengan syarat kesesuaiannya :
            1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan         dengan kata tidak baku yang digunkan dalam pergaulan.
            Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
            2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
            Contoh: kencing (kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
            3. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
            Contoh: sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
            4. Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
            Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak
            5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non     ilmiah menggunakan kata populer.
            Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)
            6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
            Contoh : tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan          (bahasa tulis)

Elemen Diksi
a. Fonem : satuan bunyi terkecil yg mampu menunjukkan kontras makna
b. Silabel : suku kata
c. Konjungsi : kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat
d. Nomina : kelas kata yg dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak (kata benda)
e. Verba : kata yg menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (kata kerja)
f. Infleksi : perubahan bentuk kata (dl bahasa fleksi) yg menunjukkan berbagai hubungan gramatika
g. Uterans : mempengaruhi diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif
Penggunaan Diksi dalam Kalimat
Pada dasarnya (Aninditya Sri Nugraheni: 195) kalimat adalah rangkaian kata terpilih yang mengandung unsur-unsur tertentu, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan (S-P-O-K). Dalam hal ini, kemampuan memilih kata-kata atau diksi sangat menentukan kualitas kalimat yang akan disusun. Dalam perkembangan selanjutnya, kalimat dituntut untuk lebih efektif agar tidak boros kata-kata dan membuat makna didalamnya menjadi kabur. Kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasan, ataupun pemberitahuan sesuai maksud penulis.
Berikut ini merupakan teknik untuk menggunakan diksi dengan baik :
a. Ringkaslah kalimat yang akan disampaikan
b. Hindari pengulangan kata yang tidak perlu
c. Hindari pengulangan anak kalimat
d. Hindari mendahulukan kata kerja
e. Jangan menempatkan kata kerja yang penting di akhir kalimat, karena biasanya secara lisan kita akan menurunkan suara di akhir kalimat.

Kesalahan dalam Pemilihan Diksia. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa.
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya-tetapi seharusnya tidak hanya-tetapi juga; bukan hanya-tetapi seharusnya bukan hanya-melainkan juga.
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak bersesuaian. Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan; membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
e. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun).
Contoh kalimat Diksi:
Dampak Pemanasan Global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,  gunung-gunung  es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.


No
Salah Diksi
Perbaikan
Alasan/Analisis
1.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapaprakiraan mengenai   dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapaperkiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Kata prakiraan merupakan kata tidak baku. Sedangkan kata perkiraan merupakan kata baku, yang memiliki kata dasar ‘kira’ dengan imbuhan per-..-an
2.
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)akan memanas lebih daridaerah-daerah lain di Bumi.
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)akan lebih memanas daripada daerah-daerah lain di Bumi.
Kata ‘akan memanas   lebih dari’, sebaiknya diperbaiki dengan kata ‘akan lebih memanas daripada’ karena kata lebih biasanya diikuti oleh kata sifat dan kata daripada menunjukkan sebuah perbandingan sedangkan kata dari menunjukkan asal.
3.
Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Akibatnya, gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Kata ‘gunung-gunung   es’ merupakan pemborosan kata karena gunung es hanya terdapat di daerah kutub, sehingga dapat ditulis ‘gunung es’ saja.
4.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
Sebaiknya penggunaan kata ‘malah’ dihapuskan, karena pemborosan kata.
5.
Hal ini disebabkan karenauap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Hal ini disebabkan olehuap air yang merupakangas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Kata ‘disebabkan karena’merupakan bentuk padanan yang tidak serasi. Sebaiknya digantikan   dengan kata ‘disebabkan oleh’. Dan sebelum kata ‘merupakan’perlu ditambah kata ‘yang’ sebagai penjelas.
6.
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kata ‘di mana’ merupakan pemborosan kata dan kata tersebut tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan.
7.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata,sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara merata,sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
Kata ‘rata-rata’ menunjukkan suatu hasil perhitungan. Sehingga kata ‘rata-rata’ perlu diubah menjadi ‘merata’
8.
(Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).
(Curah hujan di dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).
Kata ‘di seluruh dunia’ sebaiknya di singkat menjadi ‘di dunia’ karena bagaimana pun juga dunia hanya ada satu.
9.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering daripadasebelumnya.
Kata ‘dari’ berarti asal, sedangkan kata ‘daripada’ berarti perbandingan. Dalam kalimat tersebut membandingkan keadaan suatu daerah dengan sebelumnya. Sehingga kata ‘dari’ perlu diubah menjadi ‘daripada’.
10.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan darisebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan daripadasebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Kata ‘dari’ perlu diubah menjadi ‘daripada’ karena dalam kalimat tersebut menunjukkan suatu perbandingan.
11.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya danmencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Tanda koma pada kalimat tersebut lebih baik diubah dengan kata penghubung ‘dan’.


sumber: http://satriyoadhie.blogspot.com/2012/11/diksi-dan-beberapa-contohnya.html
              http://sukmadyu.wordpress.com/2014/10/12/tugas-softskill-bahasa-indonesia-diksi/
              http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi

Minggu, 12 Oktober 2014

EYD (Ejaan yang Disempurnakan)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

EYD adalah kaidah atau tata cara penggunaan bahasa Indonesia untuk keteraturan dan keseragaman bentuk terutama dalam bahasa penulisan.Keteraturan Bentuk akan memberi ketepatan dan memperjelas makna dari bahasa itu sendiri dalam penggunaannya.Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang berlaku sejak tahun 1972,ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya digunakan oleh Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Sekarang kita akan membahas tentang sejarah dari Ejaan Yang Disempurnakan,adapun sejarahnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,sudah mengalami perubahan system ejaan yaitu :
1.       Ejaan Van Ophuysen
2.       Ejaan Suwandi
3.       Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
4.       Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Itu adalah sejarah perubahan system penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan,sekarang saya akan menjelaskan perubahan system tersebut

Ejaan Ophuysen
Ejaan Republik (Ejaan Suwandi)
Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)

(1901-1947)
(1947-1972)
(Mulai 16 Agustus 1972)

1. Choesoes            

1. Chusus                                             
1. Khusus

2. Djoem’at            
2. Djum’at                                           
2. Jumat

3. Ja’ni                      
3. Jakni                                                 
3. Yakni


Dari perubahan system diatas,perubahan terakhirlah yang digunakan hingga saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan(EYD).Selain perubahan system penulisan EYD,ada juga ruang lingkup yang berkaitan dengan penulisan EYD,ruang lingkup tersebut meliputi lima aspek sebagai berikut :
1.       Pemakaian huruf
2.       Penulisan huruf
3.       Penulisan kata
4.       Penulisan unsur
5.       Pemakaian tanda baca

Yang pertama ada Pemakaian huruf,dalam EYD pemakaian huruf adalah bagaimana cara pemakaian huruf yang benar sesuai dengan kaidah atau tata cara dalam EYD,pemakaian huruf tersebut terbagi lagi menjadi 5 bagian diantaranya : 1.Huruf abjad 2.huruf vocal 3.huruf konsonan 4.huruf diftong 5.gabungan huruf konsonan.Selanjutnya ada penulisan huruf,disini penulisan huruf itu harus sesuai dengan EYD agar makna dari penulisan kata tersebut dapat atau mudah dimengerti bagi para pembaca,penulisan huruf tersebut terbagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :
1.      Penggunaan Huruf Kapital
·         Jabatan tidak diikuti nama orang
·         Huruf pertama nama bangsa
·         Nama geografi sebagai nama jenis
·         Setiap unsur bentuk ulang sempurna
·         Penulisan kata depan dan kata sambung
2.      Penulisan Huruf Miring
·         Penulisan nama buku
Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
Penulisan kata ilmiah
Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
Selanjutnya ada penulisan kata adalah penulisan kata yang biasa kita gunakan pada kehidupan sehari – hari dan penulisan kata tersebut terbagi menjadi 9
 jenis yaitu :
1.       Kata dasar
2.       Kata turunan ( kata berimbuhan )
3.       Kata ulang
4.       Gabungan kata
5.       Kata depan/preposisi (di,ke,dari,dalam,kepada,pada)
6.       Kata sandang ( si dan sang )
7.       Partikel
8.       Singkatan dan akronim
9.       Angka dan lambang bilangan

Setelah penulisan kata,selanjutnya ada lagi tentang penulisan unsur serapan.Penulisan unsur serapan disini maksudnya adalah seringkalinya mengambil dan menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan,situasi dan kondisi yang ada.Berdasarkan taraf integritasnya ,unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian yaitu : 1.Secara adopsi 2.Secara adaptasi.
Dan yang terakhir adalah pemakaian tanda baca,pemakaian tanda baca itu sendiri sangat banyak dan masing – masing memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda – beda pula contohnya adalah sebagai berikut :

    1.      Tanda Titik (. )
·         Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
·         Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
·         Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

    2.       Tanda Koma ( , )
·         Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
·         Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapidan melainkan.
   
    3.       Tanda Titik Koma (; )
·         Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian­bagian kalimat yang sejenis dan setara.

    4.       Tanda Titik Dua ( : )
·         Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
·         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
  
    5.       Tanda Hubung ( – )
·         Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
·         Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
·         Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
    
    6.       Tanda Pisah ( – )
·         Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
·         khusus di luar bangun kalimat.
·         Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
    
    7.       Tanda Elipsis ( … )
·         Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
·         Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
                    Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
    
    8.            Tanda Tanya ( ? )
·         Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
·         Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
    
    9.            Tanda Seru (!)
·         Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
    
   10.          Tanda Kurung (   )
·         Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
·         Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
·         Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
·         Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
·         Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
   
    11.          Tanda Petik (“… “)
·         Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
·         Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
·         Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
·         Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
·         Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
  
   12.       Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)
·         Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.

    13.          Tanda Kurung Siku ([... ])

    14.          Tanda Garis Miring ( / )
·         Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
·         Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
·         Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
·         Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.




CONTOH PENULISAN EYD PADA WACANA YANG SALAH:


sumber: http://inet.detik.com/read/2012/12/11/131413/2115209/317/unik-perkawinan-gadget-jadul--moderen

pada artikel di atas terdapat kata yang tidak sesuai dengan EYD. yaitu :
   -  jadul ==> zaman dahulu; masalampau
   - dikawnkan ==> disatukan
   - gadged ==> alat komunikasi
   - moderen ==> modren
   - tak ==> Tidak

   Demikianlah analisa kesalahan penggunaan EYD yang telah saya buat untuk artikel diatas. Jika analisa saya kurang tepat atau terdapat kesalahan, saya mohon maaf.
Terima Kasih